BANNER ENIE WIDHIASTUTI

Pages

02 Desember 2013

Catatan Harian Enie Widhiastuti (9)

"Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan."
--Dee, Filosofi Kopi; Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade--

Dibenak saya, hanya ingin mengabdi dalam pelayanan yang tanpa batas.  Saat bekerja dalam keseharian, selalu saja saya bersandar pada anugrah yang Tuhan berikan, seolah menuntun: betapa dahsyat kekuatanNya membimbing dan mengarahkanku. Pun demikian, saya hanyalah seorang perempuan biasa, manusia yang sama dengan kebanyakan kita. Tentu, setiap tugas dan tanggungjawab memuat konsekuensi-konsekuensi yang harus saya hadapi, terima dan jalani.

Menjalani hidup sebagai politisi (sekalipun saya lebih senang jika label politisi itu tak disematkan dalam interaksi saya dengan banyak orang), saya menemui banyak hal. Yang menyenangkan dan menuai kebahagiaan, atau yang menyedihkan lalu melahirkan keprihatinan. Itu semua adalah juga saya pahami sebagai garis keanugrahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sengaja saya tulis penggalan kalimat dari Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade karya dari Dee. Sebab kalimatnya seperti berbuah nilai yang selaras dengan apa yang saya alami. Tidak berarti saya mendaulatkan sebagai pemilik kebenaran, tapi satu hal yang pasti, saya berusaha untuk selalu dalam jalan kebaikan, jalan kebenaran.

Menjadi caleg dari partai yang selama ini diidentikkan sebagai partai wong cilik tentu membuat saya selalu tergugah untuk sadar sesadar-sadarnya bahwa diluar banyak hal yang bisa saya lakukan. Sekalipun itu hanya berbagi senyum dan tawa. Saya merasakan, betapa indahnya hidup jika keseharian kita berisi muatan-muatan kemanusiaan dan kasih sayang.

Terima kasih Tuhan...


0 komentar:

Posting Komentar