BANNER ENIE WIDHIASTUTI

Pages

26 Januari 2014

Catatan Harian Enie Widhiastuti (15)

Pada hari Sabtu (25/1) yang lalu, saya mendapati pengalaman hidup yang luar biasa. Sejak pk.10.00 saya sudah dihubungi oleh warga yang bangunan kantor RWnya longsor. Beberapa jam kemudian, setelah berkoordinasi dengan anggota tim SENKO Perjuangan -Satunya Kata dengan Perbuatan-, kami putuskan untuk segera menuju lokasi yang dimaksud (RW 029 Kelurahan Teluk Pucung Bekasi Utara). Ternyata bukan hanya itu, beberapa perwakilan warga di wilayah Pengarengan kelurahan kaliabang Tengahpun mengabarkan situasi terakhir pasca banjir yang perlu untuk segera diatasi.

Sambil menunggu tim SENKO Perjuangan-Satunya Kata dengan Perbuatan-, saya masih menerima panggilan telpon dari warga RW 02 Kelurahan Teluk Pucung yang memang menjadi lokasi banjir terparah di wilayah Bekasi Utara. Mereka meminta saya hadir kembali ke lokasi. Saya jadwalkan untuk segera mengunjungi, dimulai dari RW 029 sekaligus mempersiapkan bantuan yang diperlukan untuk perbaikan pondasi bangunan kantor RW yang berpotensi ambrug.


Setibanya di lokasi, saya langsung ditunjukkan titik-titik pondasi yang tergerus air dan perlu segera diatasi. Bangunan yang berdiri tepat dibibir turap saluran air warga RW 029 Teluk Pucung itu rawan dan rentan untuk ambrug karena sudah tergerus oleh air. Kondisinya akan tambah parah jika tak ada upaya -menambal- lubang-lubang yang menganga seperti goa dibagian pondasi bangunan itu. Beberapa jam kemudian, saya mendapat telpon dari anggota kepolisian Polres Tabanan. "oh salah sambung pak, saya Bu Enie di Bekasi", jawab saya tanpa berusaha menggali lebih jauh informasi apa dan mengapa saya mendapat telpon dari polisi Tabanan.


Anggota Polisi tersebut tetap menyampaikan info dan mendapatkan no kontak saya dari HP korban kecelakaan yang tak lain dan tak bukan adalah Bp. I Wayan Sukayadnya -adik ipar saya sendiri-. Mendapati kabar tersebut, saya bergegas menghubungi keluarga adik saya (istri dari Bp. I Wayan Sukayadnya) yang tinggal di Malang-Jawa Timur. Dada saya tersentak, tenryata iapun mendapatkan kabar kecelakaan suaminya di Tabanan Bali.


I Wayan Sukayadnya adalah pribadi yang jujur, penuh keteladanan bagi keluarga. Pk. 15.00 WITA saya dikabarkan bahwa beliau kecelakaan tunggal saat mengendarai motornya dan dinyatakan meninggal dunia. Masih di lokasi RW 029 Teluk Pucung, saya mencoba untuk menerima kabar duka ini sekuat mungkin, setabah mungkin seraya mengabarkan kepada kerabat-kerabat saya yang berada di Jakarta dan Bekasi.


Keluarga Besar saya; berduka. Pada kesempatan ini pula, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh sahabat, teman-teman seperjuangan yang juga mendapati kabar duka melalui SENKO Perjuangan dan memberi ucapak dukacita serta doa untuk kepergian almarhum. Semoga semua budi yang almarhum lakukan dimasa hidup, tercatat sebagai kebaikan di hadapan Bapa di Syurga. Mewakili keluarga, saya menyampaikan kiranya siapa saja yang pernah berhubungan dengan beliau, bilamana ada hal yang kurang berkenan; mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya.


Ditengah duka keluarga, pk.23.00 SENKO Perjuangan menerima kabar bahwa salah satu personil kami harus di opname di RS Polri Kramat Jati, lalu keesokannya harus menjalani cuci darah. Saya dan seluruh keluarga SENKO Perjuangan memanjatkan doa untuk kesembuhan seorang rekan seperjuangan kami, Sdr. Wardi Somad. Saat mencoba mengatur jadwal untuk bisa menyambangi (setidaknya mengupdate berita dari keluarga di Malang dan perawatan Sdr. Wardi Somad di RS. Polri Kramat Jati), saya kembali diberi kabar duka dengan meninggalnya salah seorang suami pengurus Ranting PDI Perjuangan Kelurahan Marga Mulya Bekasi Utara, Sdr, Oleng (suami dari ibu Halimah) ditengah-tengah saya menghadiri pertemuan silaturahmi dengan warga RW 06 Perumahan Barata dan Pengurus DKM Masjid Al-Barkah. Saya pamit dari pertemuan dan segera menuju kediaman Almarhum Sdr. Oleng untuk menyampaikan dukacita yang mendalam sebagai pribadi dan SENKO Perjuangan -Satunya Kata dengan Perbuatan-.


Malam hari, sesuai jadwal yang telah disusun tim, saya harus hadir di wilayah RW 013 Perumahan Pondok Ungu Permai Kaliabang Tengah. Dalam perjalanan, lagi-lagi saya mendapat kabar dukacita. Sdr. Alfonsius Oong Jimmy (mantan pemred koran M2 Media). Dalam hati saya berdoa kepada Tuhan, betapa ujian-ujianMU adalah pembelajaran kepekaan untukku. Kematian adalah keniscayaanMU, kami manusia adalah hamba-hamba yang Engkau ciptakan untuk kapan saja bisa KAU panggil kembali.



21 Januari 2014

10 SIKAP BAHAGIA

1. Lepaskanlah Rasa Kuatir dan Ketakutan.

Ketakutan dan kekuatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yangg belum tentu terjadi, 
kebanyakan hal-hal yg Anda kuatirkan & takutkan tak pernah terjadi !
It's all only in your mind.



2. Buanglah Dendam.
Dendam dan Amarah yang disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda dan hanya mendatangkan KELELAHAN BATIN, BUANGLAH !!



3. Berhentilah Mengeluh.
Mengeluh berarti selalu tak menerima apa yang Ada saat ini, secara tak sadar Anda membawa-bawa beban negatif.



4. Bila Ada Masalah, Selesaikan Satu Persatu.
Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.



5. Tidurlah Dgn Nyenyak.
Smua masalah tak perlu dibawa tidur.
Hal tersebut buruk & tak sehat, biasakanlah tidur dgn nyaman.



6. Jauhi Urusan Orang Lain.
Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untuk menangani setiap masalahnya.



7. Hiduplah Pada Saat ini, Bukan Masa Lalu.
Nikmati masa lalu sebagai kenangan, 
Jangan tergantung padanya.
Konsentrasilah hidupmu pada kejadian saat ini,
karena apa yang Anda miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok.
"Be totally present"



8. Jadilah Pendengar Yang Baik.
Saat menjadi pendengar, 
Anda belajar dan mendapatkan ide-ide baru berbeda dari orang lain.



9.Berpikirlah Positif.
Rasa frustasi datang dari pikiran negatif. 
Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dgn orang-orang yang berpikiran positif dan terlibatlah dengan kegiatan-kegiatan positif.



10. Bersyukurlah.
Bersyukurlah (Berpuas diri) atas hal-hal kecil yang akan membawa Anda pada hal-hal besar. 
Sekecil apapun yg Anda terima, 
akan menghasilkan hal-hal besar dan selalu membawa Anda kepada Kebahagiaan saat Anda bersyukur.


Catatan Harian Enie Widhiastuti (14)

Dua pekan terakhir di awal Tahun 2014, kita menghadapi musim penghujan dengan tingkat curah hujan yang amat tinggi. Bahkan sebagian pihak yang memahami ilmu tentang iklim dan cuaca menganggap sebagai -anomali cuaca-. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banjir di berbagai wilayah di Indonesia, demikian juga yang terjadi di wilayah Bekasi Utara.

Titik-titik rawan banjir yang terpetakan sebelumnya, meluas ke area yang relatif aman. Hampir ke penjuru kecamatan Bekasi Utara tergenang banjir dengan variasi kedalaman air 20cm s/d 4m. Saya merasakan betul kesusahan yang dialami warga ditengah deraan banjir, terlebih beberapa lokasi banjir adalah area yang selama ini kerap saya kunjungi. Namun demikian, panggilan kemanusiaanlah yang paling utama membawa saya segera bertemu dengan warga yang tertimpa banjir. Sebab itu, saya tak memetakan secara politik. Apakah warga tersebut kelak memilih saya dalam kapasitas pencalegan saya di Dapil-6/Bekasi Utara. Amat naif, jika untuk sebuah urusan kemanusiaan saya memilahnya dalam perspektif politik. Betul bahwa banyak pihak lain -memanfaatkan- dengan kunjungan seraya memberi beragam bantuan sekaligus membagikan dan memasang atribut-atribut pencalegannya. Hal yang bisa saya maklumi, tapi tak pernah -berlaku- untuk seorang Enie Widhiastuti.

Masyarakat tak boleh dijadikan objek politik. Ini prinsip yang saya pegang teguh. Bahwa kemudian ada beberapa lokasi yang saya kunjungi notabene berdiri Sentra-sentra Komunikasi (SENKO) Perjuangan itu soal lain, dan tidak menjadikan saya hadir dalam kepentingan pencalegan saya. Dalam -Politik Hati Nurani- yang saya anut, saya wajib menepiskan sebesar mungkin kepentingan pencalegan sebagai kendaraan yang membawa saya mengusung misi kemanusiaan.

Bahkan ditengan genangan air yang juga meninggi di kediaman saya, selalu terpikir upaya untuk bisa membantu masyarakat yang jauh  lebih menderita dari saya. Saya kembalikan kepada kebesaran Tuhan, mensyukuri setiap anugrah yang Ia kucurkan kepada saya. Energi dari Tuhanlah yang saya yakini membuat saya merasa ringan untuk melangkahkan kaki ke lokasi-lokasi banjir, pun saya merasakan tak semuanya bisa saya jangkau dan kunjungi. Tak banyak yang bisa saya berikan juga menjadi kesadaran yang selalu terpoatri di hati. "Mungkin Tuhan memang menghendaki saya berbagi dalam kesederhanaan dan keprihatinan, tapi Tuhan menyiapkan kasih sayang dan kebahagian yang tak berbatas, pun dalam kita menhadapi kesusahan", batin saya.

Berbekal nasi bungkus, mie instan, susu dan multi vitamin dan air mineral, saya mencoba memberikan apa yang saya mampu berikan dan jalani. Lebih dari itu semua, saya yakin, kehadiran seseorang yang menebar senyum kedamaian, jauh lebih mampu menumbuhkan  motivasi perjuangan hidup dikala sedih. Alhasil, saya tumpahkan semua hal yang mampu membuat warga korban banjir untuk tabah, menerima musibah sebagai ujian dari Tuhan dan selalu berdoa serta manggali kembali harapan-harapan yang tumbuh dimasa depan adalah -sesuatu- yang juga mereka butuhkan selain kebutuhan asupan makanan, air minum, pakaian dll.