BANNER ENIE WIDHIASTUTI

Pages

26 September 2013

Adalah Perempuan

Foto: dok.pribadi
Perempuan! Apa yang menjadi suatu ketertarikan ketika satu kata itu diucapkan. Biasanya akan muncul berbagai macam stereotipe, dari yang memandang lemah, cantik, cengeng, ke-ibuan, kuat, cerdas, bahkan ada yang memandang perempuan hanya sebagai pelengkap laki-laki untuk menjadikan dunia ini lebih indah. Begitu jamaknya pendefinisian perempuan pada mata subjektif orang-orang.
Berbagai macam buku, catatan, dan berita yang menuliskan tentang perempuan. Membuat suatu tanya ada apa dengan perempuan. Sehingga sosok ini seakan menjadi duri yang terus menusuk dan harus ditemukan jalan keluar untuk membuangnya. Hingga terkadang perempuan hanya dianggap sebagai hama benalu yang terus menumpang pada induknya, tetapi tak jarang memberikan kerugian. Apakah perempuan akan menerima dengan apa yang tertuliskan perempuan.

Buku Perempuan

Judul        : Ecofeminism: Gerakan Perempuan dan Lingkungan
Penulis    : Vandana Shiva & Maria Mies
Halaman    : 378 Halaman
Penerbit    : IRE Press Yogyakarta
Tahun        : 2005
ISBN        : 979-98181-6-8
images (16)
Vandana Shiva, ahli fisika berlatar belakang gerakan ekologis; Maria Mies, ilmuwan sosial, berlatar belakang feminis. Keduanya penulis yang tinggal dan bekerja di belahan negara yang berjauhan. Yang satu di belahan Selatan, yakni India, yang lainnya di belahan Utara, yakni Jerman. Hidup dan bekerja berjauhan tidak menjadi persoalan bagi Mies dan Shiva untuk menulis buku yang penuh dengan kritik sosial sekaligus ide-ide segar. Buku itu kolaborasi pandangan Mies dan Shiva dalam menyajikan gambaran seluruh masalah terkait persoalan ekologis, perempuan, dan sistem pasar dunia.
Shiva yang banyak terlibat dalam gerakan di masyarakat banyak mengkritik sistem kapitalis dunia, dari sudut pandang masyarakat yang terhisap serta pengalaman-pengalaman negara Selatan. Sementara Mies mempelajari dampaknya terhadap perempuan dari sudut pandang yang hidup “dalam lingkungan dunia yang penuh kejahatan.”

23 September 2013

-1-

-2-

-3-

-4-

-5-

-6-
Foto 1-2 : Menghadiri Pelantikan RT se-RW 027 Kelurahan Kaliabang Tengah Bekasi Utara sekaligus Puncak Peringatan                   HUT RI Ke-68 Tahun
Foto 3-4 : Melaksanakan fogging di lingkungan RW 013 Kelurahan Harapan Jaya Bekasi Utara
Foto 5-6 : Melaksanakan fogging di lingkungan RW 06 Kelurahan Harapan Jaya Bekasi Utara

04 September 2013

Pencalonan 30% Perempuan pada Pemilu 2014: Tanggung Jawab Siapa?

Foto: dok.pribadi
Tahapan pendaftaran calon anggota legislatif untuk Pemilu 2014 oleh partai politik peserta pemilu akan dimulai pada 9 April 2013.  Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2013 untuk mengatur proses pencalonan tersebut. Salah satu isu penting dan (kembali) diperdebatkan adalah perihal pencalonan 30% perempuan sebagai anggota DPR dan DPRD.
Pada Kamis (28/3) lalu, Komisi 2 DPR RI dalam forum konsultasi meminta agar KPU merevisi ketentuan terkait pemenuhan jumlah 30% caleg perempuan dalam Daftar Calon di setiap daerah pemilihan DPR,  DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.   Komisi 2 DPR RI meminta agar pembatalan keikutsertaan partai politik peserta pemilu di daerah pemilihan DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang tidak bisa memenuhi jumlah 30% caleg perempuan dalam Daftar Calon sebagaimana diatur oleh PKPU tersebut, direvisi.  Beberapa anggota Komisi 2 DPR RI  beralasan PKPU tersebut melampaui ketentuan dalam UU No. 8/2012, dan tidak melihat kondisi sosiologis kultural masyarakat yang menjadi kendala perempuan berpolitik. Intinya tercetus ungkapan bahwa partai politik merasa tidak siap untuk merekrut perempuan sebagai calon anggota legislatif (caleg) sampai tingkat kabupaten/kota.

Enie Widhiastuti bersama Ketua Depercab PDI Perjuangan Kota Bekasi
Bp. H.Lasimantoro dan Plt. Lurah Harapan Jaya Kec.Bekasi Utara Bp. Suryadi

Hadiri kegiatan halal bi halal di RW 019/Harapan Jaya Bekasi Utara

Bersama Plt. Lurah Harapan Jaya dan Panitia Halal Bi Halal RW 019/Harapan Jaya Bekasi Utara



Catatan Harian Enie Widhiastuti (3)

Menumbuhkan kesadaran politik untuk banyak pihak memang bukan pekerjaan mudah. Masyarakat semakin kritis, semakin cerdas. Disisi yang lain, politik seolah terlahir sebagai "sesuatu" yang ibarat dua mata pedang. Satu sisi dibutuhkan, dan sisi yang lain diacuhkan. Pada titik -dibutuhkan-, politik seolah menjadi magnet besar yang mampu menghipnotis banyak orang. Disisi yang lain, politik dianggap alat semata, yang kadang menjerumuskan banyak orang juga.

Secara pribadi saya tak menafikan bahwa dunia politik acapkali membuat seseorang begitu kuat pengaruhnya pada banyak hal. Ini jika dicermati tentu multi tafsir, banyak tafsir yang harus dijelaskan. Bisa saja berpengaruh pada aspek-aspek positif dan sebaliknya mempengaruhi untuk hal-hal yang justru bernilai negatif. Dari pemikiran diatas, saya berkeyakinan bahwa hal-hal yang positif atau negatif amatlah bergantung dari seseorang sebagai pribadi-pribadi, sangat personal untuk mengukur apakah politisi membawa dampak kebaikan atau keburukan untuk banyak hal.